MAHIR BERBAHASA INDONESIA SMA Kelas X
Penulis
: P.
TUKAN,S.Pd.
Penerbit : Yudhistira
Pembahasan pada halaman 67 mengenai
kebahasaaan memahami kalimat yang mengandung kata bersinonimi, berantonim, dan
berpolisemi sesuai dengan pembahasan pada mata kulian semantik tentang
jenis-jenis makna. Adapun pembahasan pada buku teks halaman 67 adalah sebagai
berikut.
Memahami Kalimat yang Menggunakan Kata
Bersinonimi, Berantonimi, dan Berpolisemi
Bacalah
kembali teks “KRL Tabrakan, Dua Tewas Puluhan Luka” dengan seksama! Anda akan
menemukan kalimat yang menggunakan kata bersinonim dan berantonim, yaitu
sebagai berikut.
1. Karena
kereta di depannya mogok maka KRL Ekonomi 585 yang berada di belakangnya juga
ikut berhenti.
2. Kahummas PT Daop I, Akhmad Sujadi
menyatakan belum mengetahui sebab
kejadian.
Kata
karena dan sebab memiliki makna sinonim, sedangkan kata depan dan belakang
memiliki hubungan makna antonim. Agar lebih jelas berikut dijelaskan mengenai
sinonim, antonim, dan polisemi.
1. Pengertian Sinonim dan
Bentuk-Bentuknya
Sejak
di bangku sekolah dasar Anda sudah mempelajari sinonim dan antonim. Anda tentu
menyatakan bahwa sinonim adalah persamaan kata dan antonim adalah lawan kata.
Apakah demikian? Untuk itu, perhatikan contoh-contoh berikut!
a. Ayahnya sudah meninggal bulan lalu.
b. Ayahnya sudah tewas dalam perjalanan ke Bali.
c. Ayahnya sudah meninggal dunia bulan lalu.
d.. Ayahnya sudah berpulang ke rahmatullah bulan yang lalu.
Tampak
dalam contoh tersebut , kata meninggal,
selain bersinonimi dengan tewas, juga
bersinonim dengan frasa meninggal dunia
dan frasa berpulang kerahmatullah.
Akan tetapi, kata meninggal tidak
memiliki makna yang mutlak sama dengan kata wafat
atau tewas karena berbeda nilai
rasanya.
Pada
contoh lain dapat kita saksikan kenyataan yang lain pula.
a. Buku itu kepunyaanku.
b. Buku itu kepunyaan saya.
c. Adik menendang bola.
d. Bola ditendang adik.
Ku pada kata kepunyaanku dalam kaliimat (a) yang merupakan morefem terikat
bersinonim dengan saya (morfem bebas)
dalam kalimat (b). Demikian juga kata Adik
menendang bola (kallimat aktif)
bersinonim dengan kalimat Bola ditendang
adik (kallimat pasif). Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa sinonim dapat terjadi
antara morfem dengan morfem, antara morfem dengan kata, kata dengan frasa,
frasa dengan frasa, serta antara kallimat dengan kalimat.
2. Pengertian Antonim dan
Jenisnya
Anda mungkin menyatakan bahwa
antonim adalah lawan kata, namun benarkan demikian? Fonem atau huruf /a/ tidak
berlawanan dengan fonem /i/. Kata baik tidak berlawanan dengan kata buruk,
tetapi yang berlawanan adalah maknanya.
Sama
halnya kata yang bersinonimi, kata yang berantonim pun tidak mutlak berlawanan.
Menurut Verhaar melalui Chaer (1990:92), kata putih pun berlawanan dengan kata kuning dan sebagainya.
Verhaar menggantikan kata antonim dengan kata oposisi sehingga mencakup
pengertian betul-betul berlawanan sampai yang hanya bersifat kebalikan seperti
kata putih di atas.
Berdasarkan
sifatnya, oposisi dibedakan atas lima macam berikut ini.
a.
Oposisi mutlak : Oposisi secara
mutlak hanya pada dua kata, misalnya hisup x mati, antara hidup dan mati
terdapat batas yang mutlak sebab sesuatu yang hidup tentu tidak (belum) mati; sedangkan
sesuatu yang mati tentu sudah tidak
hidup lagi. Ciri oposisi ini adalah penyangkalan terhadap kata yang satu dengan
kata yang lain. Contoh : kondisininya sekarang antara hisup dan mati.
b.
Oposisi kutub/gradual: oposisi ini
pertentangannya tidak bersifat mutlak, melinkan gradasi. Artinya terdapat
tingkat-tingkat makna pada kata tersebut. Kata-kata yang beroposisi kutub ini
umumnya adalah kata-kata dari kelas ajektiva, seperti: jauh-dekat, panjang-pendek, dann tinggi-rendah. Contoh: Gunung itu
tidak tinggi, tetapi rendah.
c.
Oposisi hubungan atau relasional:
oposisi antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan, kata-kata yang
beroposisi hubungan ini bisa berupa kata kerja, seperti mundur-maju dan
pergi-pulang. Selain itu bisa berupa kata benda, seperti ayah-ibu, dan guru-murid. Contoh: Ibu guru menyuruh murid-murid
mengumpulkan tugas.
d. Oposisi majemuk: oposisi yang mencakup
suatu perangkat yang terdiri dari dua kata atau lebih. Oposisi ini berkaitan
terutama dengan hiponim-hiponim dalam suatu kelas. Misalnya: berdiri, duduk, berbaring, tiarap, dan jongkok. Contoh : Hewan-hewan di sirkus
itu sedang dilatih gerkan berdiri dan duduk.
e.
Oposisi hierarki: oposisi yang sebenarnya mirip dengan oposisi majemuk, tetapi
di sini terdapat suatu kriteria tambahan yaitu tingkatan. Termasuk dalam
oposisi ini adalah perangkat ukuran, penanggalan. Misalnya: milimeter
x kolometer, dan janusri x februari.
Contoh: Bunga-bunga itu layu pada bulan Januari dan akan menguncup lagi pada
bulan Februari.
3.Polisemi
Polisemi ialah kata yang memiliki
makna lebih dari satu. Makna tersebut tetap memperlihatkan hubungan dengan
makna dasarnya. Misalnya, kata kepala
memiliki makna berikut ini:
Makna 1 à
bagian tubuh dari leher ke atas.
Makna
2 à
bagian dari sesuatu yang terletak di sebelah atas dasn merupakan hal yang
penting/ terutama.
Makna 3 à
bagain dari sesuatu yang berbentuk bulat.
Makna 4 à
pemimpin atau ketua.
Makna 5 à
jiwa atau orang.
Makna 6 à
akal budi.
Makna
2-6 masih ada hubungan dengan makna dasar (makna 1) karena dijabarkan dari
komponen makna dasar tersebut. kelima makna itu masih mempertahankan ciri
“atas” yang ada pada makna 1, yang terlihat pada contoh berikut.
1. Kepala Andri berdarah ketika jatuh
dari sepeda.
2. Upacara di suku terasing itu dipimpin
oleh kepala suku.
3. Lihat kepala jarum pentul yang
berwarna merah itu!
4. Acara ini akan diresmikan oleh Ibu
Kepala Sekolah.
5. Setiap Kepala menerima bantuan Rp.
10.000,00
6. Bagitu berat beban yang ditanggungnya
sampai terasa kepalanya kosong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar