Jumat, 02 Mei 2014

Tugas Semantik Jenis-jenis Makna




Nama :             Ria Adi Purnama

Kelas :             6E
MK      :           Sintaksis 

Soal

1. Apakah ada perbedaan makna referensial dan nonreferensial?
2. Mengapa makna afektif lebih terasa secara lisan daripada tulisan?
3. Jelaskan perbedaan makna stilistika?
4. Jelaskan perbedaan mendasar idiom penuh dan idiom sebagian?
5. Jelaskan idiomatikal dan peribahasa?
6. Jelaskan perbedaan makna istilah dan makna kata?
7. Jelaskan maksud yang sama antara idiom, ungkapan, dan metafora?
8. Jelaskan makna leksikal dan makna denotatif?
9. Jelaskan makna konotatif dapat berubah dari waktu ke waktu?
10. Jelaskan makna kolokatif?
Jawab
1. Makna referensial dan nonreferensial ada perbedaannya. Letek perbedaannya yaitu berdasarkan ada tidak adanya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial. Kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut “meja” dan “kursi”. Sebaliknya kata karena dan kata tetapi termasuk kata yang bermakna nonreferensial.
2.  Makna afektif lebih terasa secara lisan daripada tulisan karena makna afektif berkenaan dengan perasaan pembicara pemakai bahasa secara pribadi, baik terhadap lawan bicara maupun terhadap objek yang dibicarakan. Pengungkapan perasaan akan lebih jelas secara lisan dari pada tulisan karena intonasi bicara lebih kuat terdengar. Itulah sebabnya makna afektif lebih terasa secara lisan daripada tertulis.
       Contoh:
·         “Tutup mulut kalian!” bentaknya kepada kami.
·         “Coba, mohon diam sebentar!” katanya kepada anak-anak itu.
3. Perbedaan makna stilistika yaitu berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubung dengan adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat. Karena itulah, dibedakan makna kata rumah, pondok, istana, keraton, kediaman, tempat tinggal, dan residensi. Begitu juga dibedakan makna kata guru, dosen, pengajar, dan instruktur. Letak perbedaan pada kata-kata di atas yaitu berhubungan dengan perbedaan sosial yang rendah, menengah, dan atas. Akibat perbedaaan status sosial tersebut maka kata yang digunakan juga berbeda.
4. Perbedaan mendasar idiom penuh dan idiom sebagian yaitu terletak pada pengertiannya. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan suatu kesatuan dengan satu makna, seperti yang sudah kita lihat pada contoh membanting tulang, menjual gigi, dan meja hijau. Sedangkan pada idiom sebagian masih ada unsur yang memiliki makna leksikalnya sendiri, misalnya daftar hitam yang berarti ‘daftar yang berisi nama-nama orang yang dicurigai atau dianggap bersalah’, koran kuning yang berarti ‘koran yang sering kali memuat berita sensai’, dan menunjukkan gigi yang berarti ‘menunjukkan kakuasaan’. Kata daftar, koran, dan menunjukkan pada idiom-idiom tersebut masi memiliki makna leksikal; yaitu ‘daftar’, ‘koran’, dan menunjukkan’, yang bermakna idiomatikal hanyalah kata-kata hitam, kuning, dan gigi dari idiom-idiom tersebut.
5. Idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa (entah kata, frase, atau kalimat) yang “menyimpang” dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur  pembentuknya. Untuk mengetahui makna idiom sebuah kata (frase atau kalimat) tidak ada jalan lain selain mencarinya di dalam kamus. Makna peribahasa adalah makna yang masih dapat diramalkan karena adanya asosiasi atau tautan antara makna leksikal dan gramatikal unsur-unsur pembentuk peribahasa itu dengan makna lain yang menjadi tautannya. Umpamanya dua orang yang selalu ‘bertengkar’ dikatakan dalam bentuk peribahasa bagai anjing dengan kucing. Kucing dan anjing di dalam sejarah kehidupan kita memang merupakan dua ekor binatang yang tidak pernah rukun. Entah apa sebabnya. Contoh lain ‘keadaan pengeluaran belanja lebih besar  jumlahnya dari pada pendapatan’ dikatakan dalam bentuk peribahasa besar pasak dari pada tiang. Seharusnya pasak harus lebih kecil daripada tiang, jika pasak itu lebih besar, tentu tidak mungkin dapat dimasukkan pada lubang tembus yang ada pada tiang. Karena peribahasa ini bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Kata-kata seperti, bagaikan, bak, laksana, dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa. Memang banyak juga peribahasa yang tanpa menggunakan kata-kata tersebut, namun kesan peribahasanya itu tetap saja tampak. Misalnya Tong kosong nyaring bunyinya. Peribahasa tersebut bermakna ‘orang yang tiada berilmu biasanya banyak cakapnya’. Di sini orang yang tiada berilmu itu diperbandingkan dengan tong yang kosong. Hanya tong yang kosong kalau dipukul akan berbunyi nyaring; tong yang berisi penuh tentu tiada akan berbunyi nyaring. Sebaliknya orang pandai, orang yang banyak ilmunya biasanya pendiam, merunduk, dan tidak pongah. Keadaan ini disebutkan dengan peribahasa yang berbunyi Bagai padi , semakin berisi, semakin merunduk.
6. Perbedaan makna istilah dan makna kata terletak pada ketepatan makna itu dalam penggunaannya secara umum dan secara khusus. Dalam penggunaan bahasa secara umum acapkali kata-kata itu digunakan secara tidak cermat sehingga maknanya bersifat umum. Tetapi dalam penggunaan secara khusus, dalam bidang kegiatan tertentu, kata-kata itu digunakan secara cermat sehingga maknanya pun menjadi tepat.
            Makna sebuah kata, walupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan , dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan di dalam suatu kalimat. Kalau lepas dari konteks kalimat makna kata itu menjadi umum dan kabur. Misalnya kata tahanan. Apa makna kata tahanan? Mungkin saja yang dimaksud dengan tahanan itu adalah ‘orang yang ditahan’, tetapi bisa juga ‘hasil perbuatan menahan’, atau mungkin makna yang lainnya lagi.
            Berbeda dengan kata yang maknanya masih bersifat umum, makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Jadi, tanpa konteks kalimatnya pun makna istilah itu sudah pasti. Misalnya kata tahanan tetapi sebagai istilah misalnya istilah dalam bidang hukum makna kata tahanan itu sudah pasti, yaitu orang yang ditahan sehubung dengan suatu perkara. Sebagai istilah dalam bidang kelistrikan kata tahanan itu bermakna daya yang menahan arus listrik.
7. Idiom, ungkapan, dan metafora ketiga istilah ini sebenarnya mencakup objek pembicaraan yang kurang lebih sama. Hanya segi pandangannya yang berlainan. Idiom dilihat dari segi makna, yaitu “menyimpang” makna idiom ini dari makna leksikal dan makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Ungkapan dilihat dari segi ekspresi kebahasaan yaitu dalam usaha penutur untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosinya dalam bentuk-bentuk satuan bahasa tertentu yang dianggap paling tepat dan paling kena. Sedangkan metafora dilihat dari segi digunakannya sesuatu untuk memperbandingkan yang lain umpamanya matahari dikatakan atau diperbandingkan sebagai raja siang, bulan dikatakan sebagai putri malam, dan pahlawan sebagai bunga bangsa. Jika dilihat dari segi makna , maka raja sing, putri malam, dan bunga bangsa adalah termasuk contoh idiom. Jika dilihat dari sei ekspresimaka ketiganya juga termasuk contoh ungkapan, dan jika dilihat dari segi adanya perbandingan maka ketiganya juga termasuk metafora.
8. Makna leksikal adalah makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Lalu, karena itu dapat pula dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makan yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Umpamanya kata tikus makna leksikalnya yaitu sebangsa sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus.
Makna denotatif (sering juga disebut makna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif karena dilihat dari sudut yang lain) pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebegai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Lalu karena itu makna denotasi sering disebut sebagai “makna sebenarnya. Umpamanya kata perempuan dan wanita kedua kata ini mempunayi makna denotasi yang sama yaitu manusia dewasa bukan laki-laki.
9. Makna konotatif dapat berubah dari waktu ke waktu dalam kehidupan bermasyarakat sudah menjadi sifat manusia untuk selalu memperhalus pemakaian bahasa. Karena itu,, diusahakan membentuk kata atau istilah baru untuk mengganti kata atau istilah yang sudah berkonotasi negatif. Maka dalam bahasa indonesia munculah tuna netra untuk menggantikan buta, tuna wicara untuk menggantikan bisu, tuna wisma untuk menggantikan gelandangan, pramuniaga untuk menggantikan pelayan (toko), pramuwisma untuk mengganti pembantu rumah tangga, buang air atau ke belakang untuk menggantikan kencing atau berak, dan mantan untuk menggantikan bekas atau eks.
10.Makna kolokatif adalah makna yang berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai “tempat” yang sama dalam sebuah frase (ko=sama, bersama; lokasi=tempat). Misalnya, kita dapat mengatakan gadis itu cantik; bunga itu indah; dan pemuda itu tampan. Tetapi kita tidak dapat mengatakan *gadis itu tampan, *bunga itu molek, * dan pemuda itu cantik. Kita lihat walupun cantik, indah, tampan, dan molek mempunyai “makna” yang sama, tetapi masing-masing terkait dengan kata-kata tertentudalam suatu frase.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar